TAKBIR LAHIR BATIN
Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab
ceramah/khidmat manaqib tqn suryalaya April 2001.
Takbir bergema di seluruh dunia merayakan Idul Adha. Kita bersukur banyak umat Islam di dunia merayakannya akan tetapi ada pertanyaa : Kalau takbir artinya mengagungkan Allah, maka apakah Umat Islam di dunia ini sudah mengagungkan Allah lahir dan batinya atau baru jasadnya saja ? Allohu Akbar artinya Allah Maha Agung, oleh karena Agungnya Allah, maka tidak ada yang Agung selain Allah. Kenyataannya, masih banyak umat Islam yang mengagungkan dunia, harta dan pangkat, sedangkan Allah dinomorduakan. Sehingga banyak sekali Allah memberi peringatan-peringatan kepada suatu kaum (bangsa) di suatu negara yang justru penyebabnya karena mereka baru mengagungkan Allah secara lisannya saja. Buktinya masih banyak Umat Islam di Indonesia khususnya yang belum mampu menunaikan sholat di awal waktu. Seruan adzan bergema dimana-mana setiap waktu sholat datang : Allohu Akbar Allohu Akbar.. (Allah Maha Agung 2x), akan tetapi masih banyak orang santai bercakap-cakap atau tetap saja tidur, terus saja melanjutkan pekerjaannya tidak menyambut seruan adzan tersebut. Ini merupakan gambaran bahwa lidahnya Allohu Akbar, di dalam hatinya uang lebih Akbar, main lebih Akbar, dan tidur lebih Akbar. Lalu bagaimana agar takbir tersebut tidak hanay di lidah saja ? Maka Allah memberi petunjuk melalui Rosul-Nya yang dijabarkan oleh para ulama. Itulah yang dinamakan ilmu tasawwuf. Ilmu tasawuf tersebut kalau hanya sekedar ilmunya saja bisa kita baca dalam berbagai buku atau bisa kita dengar dari para penceramah. Akan tetapi untuk mempraktekkannya (mengamalkannya) kita tidak cukup hanya sekedar membaca, kita harus masuk dalam salah satu Tarekat Mutabarok yang dibimbing oleh seorang guru mursyid yang kamil dengan bimbingan yang benar. Kita bersyukur kepada Allah yang telah mengajarkan berbagai ilmu lahir melalui guru-guru kita di daerah masing-masing, juga telah mempertemukan kita dengan Al-mursyid kamil yang telah membimbing kita. Insya Allah kita tidak hanya sekedar dhohir saja. Amiin.
Dalam Idul Adha ini mari kita kembali untuk berqurban yaitu menyembelih sifat-sifat hewan yang ada dalam diri kita. Ini sebagaimana disampaikan oleh Guru Mursyid kita baik dalam kitab Mifathus Shudur ataupun kitab Sirrul Asror yang mengatakan bahwa manusia itu adalah makhluk multi dimensi yang diciptakan fi ahsani taqwim (sebaik-baiknya ciptaan). Adapun unsur-unsur yang ada dalam diri manusia itu adalah : bumi (tanah), angin (udara), api dan air. Unsur bathiniahnya manusia memiliki sifat bahimiah (hewan), sifat sabiyyah, sifat malakiyah dan sifat rububiyah. Maka agar menjadi manusia yang sebenarnya, kita harus mampu menghilangkan dan merubah sifat-sifat bahimiah dan sabiyyah menjadi sifat-sifat malakiyah dan robbaniyah dengan dzikrullah yang diambil dari ahlinya (guru mursyid kamil).
Kita perlu mensyukuri bahwa Mursyid kita adalah seorang ahli ilmu dan ahli makrifat, yang memiliki kesempurnaan sifat-sifat kemursyidan (diterangkan dalam kitab Ihya Ulumuddin sifat-sifat mursyid itu ada 8, dan dalam kitab Khozinatul-Asror sifat-sifat mursyid itu banyak). Diantara salah satu sifatnya adalah alim (ahli ilmu), bukti kealiman mursyid kita adalah kitab Miftahus Shudur. Tidak akan mampu mengarang kitab tersebut kalau beliau tidak alim. Ini perlu disampaikan supaya pemasyarakatan tarekat semakin lancar. Karena kadang-kadang ulama yang belum bertarekat kalau mendengarkan orang mengajar dzikir tarekat, lalu menyepelekan ilmu tauhid malah menjadi bumerang. Padahal kalau kita ingin melaksanakan ibadah, maka kita harus mengetahui tata caranya. Contohnya dalam sholat kita perlu ilmu tauhid yaitu mengagungkan Allah, lalu tata cara sholat dan waktunya yang sudah ditentukan oleh ilmu fiqh, dan ilmu tasawuf yaitu bagaimana kita agar hatinya ikut sholat dengan berdzikir khofi.
Sumber : www.suryalaya.org
Baca juga
- Artikel Khidmat Ilmiah para Wakil Talqin TQN Suryalaya lainnya
No comments:
Post a Comment