HIKMAH DI BALIK BULAN SYA’BAN
Oleh : KH. M. Zein ZA. Bazul Asyhab
ceramah/khidmat manaqib tqn suryalaya desember 1999
Bulan sya’ban disebut juga dalam bahasa Sunda atau bahasa Jawa adalah bulan Ruwah. Kenapa disebut bulan Ruwah ? Mungkin berasal dari kata ruh (terdiri dari huruf Ra, Wawu, dan ha), jadi maksudnya bulan Sya’ban adalah bulan pembersihan ruh atau mungkin juga berasal dari kata Rauh yang berarti gembira, jadi maksudnya adalah bulan gembira.
Kata Sya’ban terdiri dari lima huruf yaitu :Syin, A’in, Ba’, Alif, dan Nun.
- Huruf Pertama adalah Syin diartikan dengan mustak lafadz syuhudul Robby, jadi dengan Sya’ban marilah kita tingkatkan musyahadah kepada Allah atau muqobalah dengan Allah atau juga selalu merasa dekat dengan Allah.
Alatnya alhamdulillah sudah kita miliki bersama yaitu kalimat ikhlas “Laa Ilaaha Illallah”. Dan dzikir Khafi yang harus terus menerus dilakukan (non stop). - Huruf kedua adalah ‘Ain yang berasal dari Afwallah yang berarti ampunan Allah yang harus kita kejar. Dengan belajar dzikir pun berarti kita sedang belajar bertaubat untuk mendapatkan ampunan Allah.
- Huruf Ketiga adalah Ba. Berasal dari kata birrullah yang artinya kebaikan Allah, yang juga harus kita kejar.
Allah telah banyak berbuat baik untuk kita, tetapi kita malah banyak berbuat tidak baik kepaa-Nya. Contohnya, jika kita berdo’a kita selalu minta umur panjang, rizki yang banyak, anak yang shaleh dan lain-lain, tetapi kita sendiri tidak mengutamakan Allah.
Bahkan umat Islam di dunia ini lebih sering menempatkan Allah kira-kira pada peringkat yang keenamdalam hidupnya. Yang dipikirkannya adalah makan, rumah, peralatan rumah tangga, hiburan, kendaraan barulah kemudian Allah. Buktinya kita masih disibukkan dengan urusan duniawi daripada beribadah di mesjid misalnya I’tikaf, mengutamakan shalat fardhu berjamaah awal waktu. Padahal mesjid di Indonesia banyak sekali tetapi sedikit yang mengisinya.
- Huruf keempat adalah Alif, yang berasal dari iffatullah maksudnya menyatukan hati. Sedangkan yang mampu menyatukan hati manusia hanyalah Allah.
Sehingga jika terdapat perbedaan-perbedaan yang sulit untuk dipersatukan, maka hendaklah urusan tersebut dikembalikan kepada Allah. Disisi Allah tidak ada perbedaan-perbedaan. Pertanyaannya adalah bagaimana caranya untuk menuju kepada Allah? Jawabnya tentu dengan dzikrullah yang ditalqinkan oleh Guru Mursyid.
- Huruf Kelima adalah Nun, yang berasal dari kata nurullah yang berarti cahaya Allah. Cahaya ini pun harus kita dapatkan dengan menggunakan alatnya yaitu dzikrullah.
Dalam kitab Miftahush-Shudur halaman 17 disebutkan bahwa tidak satu manusia pun di bumi ini yang tidak didampingi syetan oleh Allah. Belum diketahui berapa jumlah syetan yang ditugaskan untuk menggoda satu manusia. Mungkin hanya bisa dijawab banyak. Dengan argument bahwa syetan itu dilahirkan terus-menerus tanpa ada yang mati. Sedangkan manusia walaupun banyak yang dilahirkan tetapi banyak pula yang kemudian meninggal. Sepatutnya kita bersyukur dengan adanya syetan yang selalu menggoda. Karena dengan demikian manusia itu memiliki musuh. Ketika dia mampu mengalahkan godaan syetan dan mampu melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya maka Allah akan memberikannya pahala sebagai hadiah atas keberhasilannya mengalahkan godaan syetan.
Terus–menerus kita berjuang melawan godaan syetan, jika kita terus memenangkan pertandingan ini maka kitalah Sang Juara. Kalau saja manusia mensyukuri akan keberadaan syetan ini dalam menggoda manusia, maka sangat mungkin syetan itu menjadi lebih takut kepada kita, karena kita telah mengetahui rahasia syetan. Dan dengan dzikrullah itulah kita bisa membentengi diri dari gangguannya.
Karena Rasulullah bersabda : “Laa Ilaaha Illallah adalah benteng-Ku, barang siapa mengucapkannya maka ia telah memasukinya. Dan barang siapa yang telah memasuki benteng-Ku, maka selamatlah ia dari siksa-Ku.” Dengan demikian jelaslah bahwa dzikrullah bukan aliran melainkan benteng Allah.
sumber : www.suryalaya.org
No comments:
Post a Comment