Oleh : KH. Drs. Arief Ichwanis AS
ceramah/khidmat manaqib tqn suryalaya Maret 2001.
Allah SWT telah berfirman dalam Al-Quran : Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (Agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu bermusuh-musuhan, maka Allah menjinakkan hatimu. Lalu menjadilahkamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara ; dan kamu telah berada ditepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk (Ali Imron : 103). Ayat tersebut sudah ada empat belas abad yang lalu, akan tetapi sebagian besar kaum muslimin hanya menjadikannya sebagai bacaan saja. Lalu pada tahun 1956 muncullah Tanbiih Pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, yang mengatakan Ulah aya kabengkahan jeung sadayana (jangan ada keretakan dengan sesamanya). Akan tetapi Tanbih inipun hanya sekedar dijadikan wacana bacaan saja oleh mayoritas ikhwan TQN di setiap acara manakiban. Mayoritas dari kita belum mampu melaksanakan dalam realitas kita.
Padahal kalau kita pelajari sejarah diberikannya al-Quran kepada manusia, Allah telah melukiskan dalam al-Quran dengan indahnya : Kalau sekiranya Kami menurunkan al-Quran ini pada sebuah gunung, pastilah kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir (al-Nasyr : 21). Jadi menurut ayat tersebut gunung akan hancur dan tidak akan mampu memikul, sebaliknya manusia mampu untuk memikulnya mengingat hanya manusia yang mau menerima amanat dari Allah. (QS. Al-Ahzab : 72).
Mengapa manusia sanggup menerima al-Quran ? Karena hanya manusia yang diberi piranti untuk melaksanakannya, sebagaimana dijelaskan al-Quran bahwa Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati agar bersyukur. Jelaslah bahwa keunggulan manusia dari makhluk lain dikarenakan manusia diberi 3 piranti utama oleh Allah yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Ketiga piranti tersebut adalah :
- Pendengaran (telinga)
Telinga adalah salah satu alat indra yang dibutuhkan oleh manusia dalam mengetahui ayat-ayat Allah, baik yang dimuka bumi, di langit atau yang ada dalam dirinya sendiri. Akan tetapi ayat-ayat Allah yang mampu diterima oleh telinga ini sangat terbatas, sebagaimana dijelaskan Sayyidina Ali bin Abi Thalib : Apabila suatu nasihat dikeluarkan oleh hati Insya Allah akan diterima (masuk) oleh hati, sedangkan apabila suatu nasehat hanya dikeluarkan oleh mulut, maka akan diterima oleh telinga saja . - Penglihatan (mata)
Mata merupakan indra untuk utama yang dapat melihat secara langsung ayat-ayat Allah, baik yang bersifat ayat Quraniyah maupun ayat-ayat Kauniyah.
Akan tetapi mata ini kadang kala tidak mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jelek, sehingga ada istilah semut diujung sana kelihatan, sedangkan gajah dipelupuk mata tidak kelihatan - Hati Nurani
Maka untuk melengkapi kekurangan kedua alat indra tersebut, Allah memberi hati (qalbu) kepada manusia. jadi bukan hanya sekedar akal saja. Ini diisyaratkan oleh sebuah kata hikmah : Barangsiapa yang bertambah ilmu tidak bertambah hidayahnya, maka ia tidak akan bertambah dekatnya kepada Allah malahakan bertambah jauh .
Fungsi utama dari hati ini adalah untuk menerima hidayah dari Allah Ta ala. Tentunya yang bisa menerima hidayahitu adalah hati yang bersih (suci) dari berbagai macam penyakit hati atau najis maknawi.
Adapun inti utama jaran yang diberikan Guru Mursyid Kamil kita adalah alat untuk membersihkan hati sehingga hati kita tidak terkontaminasi oleh berbagai penyakit serta tidak dikuasai oleh syetan. Caranya tidak lain dengan mempergunakan hati kita untuk berdzikir kepada Allah SWT. Karena kalau kita tidak mau mempergunakan hati kita untuk berdzikir kepada Allah, maka Allah telah mengamcamnya : Dan sesungguhnya kami jadikan untuk (isi neraka jaham) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itubagaikan binatang ternak,bahkan mereka lebihsesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai (lupa untuk berdzikir kepada Allah) . (Al-A rof : 179).
Kita sebagai ikhwan TQN PP. Suryalaya, kalau berpegang teguh kepada ajaran yang diberikan oleh Guru Mursyid kita, Insya Allah tidak akan terjadi keretakan dan persengketaan (kabengkahan) diantara kita semuanya. Karena kita diikat oleh satu Guru Mursyid dan Talqin. Kenapa kita tidak bersatu sekarang ? Bahkan kondisi negara kita sekarang sangat mengkhawatirkan ? Karena ummat Islam Indonesia baru menjadikan al-Quran hanya sekedar wacana bacaan, belum dilaksanakan seutuhnya. Padahal al-Quran sudah menyuruh kita untuk bersatu sejak 14 abad yang lalu.
Untuk itu kita perlu menjadikan Tanbih sebagai pedoman kehidupan sehari-hari kita, bukan sekedar wacana bacaan saja. Kita perlu bersatu padu agar tidak terjadi kabengkahan. Kita harus mengamalkan Tanbih dalam kehidupan sehari-hari kita, agar kita bersatudalam rangka lii lai kalimatilah. (untuk keagungan kalimat Allah). Marilah kita buktikan bahwa al-Islam Ya lu wala Yu la alaihi (Islam itu tinggi dan tidak ada yang mampu lebih tinggi darinya). Kita semua ditalqin agar membersihkan diri serta hati kita, maka kalau dzikir kita tidak diamalkan tidak akan berguna. Marilah kita ikuti dan mencontoh Guru Mursyid kita yang menjadi panutan dan figur kita, sebagaimana diperintahkan Allah dalah surat Luqman ayat 15 : Ikutilah jalan orang-orang yang kembali kepada-Ku . Kita semuanya, mubaligh, doisen, guru. Pekerja, ikhwan biada adalah dalam rangka hidmat kepada Guru Mursyid harus satu misi dan satu visi.
sumber : www.suryalaya.org
Baca juga
- Artikel Khidmat Ilmiah para Wakil Talqin TQN Suryalaya lainnya
No comments:
Post a Comment