Mengapa sampai saat ini kita merasa bahwa ibadah shalat kita tak banyak memberi dampak positif terhadap kondisi sosial bangsa kita? Barangkali, karena setiap kita masih dalam tahap-tahap awal dalam upaya mendirikan shalat.
Mari kita nilai kualitas shalat kita, nanti akan terjawab kenapa kita seringkali tidak mendapat pertolongan Allah. Hal ini juga dapat menjelaskan secara keseluruhan, mengapa saat ini umat Islam tidak lagi menjadi umat yang agung seperti dulu.
- Golongan Pertama
Kita bisa lihat hari ini sudah banyak umat Islam yang tidak shalat, bahkan banyak juga yang tidak tahu cara shalat yang benar; mereka telah jatuh kafir. Imam Malik berkata bahwa jatuh kafir kalau tidak shalat tanpa sebab. Imam Syafi'i berkata jatuh fasik - (pun masuk neraka juga) kalau ia masih yakin sembahyang itu fardu. - Golongan Kedua
Orang yang mengerjakan shalat secara lahiriah saja, bacaan pun masih tak betul, taklid buta, main ikut-ikut orang saja tanpa percaharian yang sungguh-sungguh. Belajar shalat seadanya. Ilmu tentang shalat tidak dianggap penting. Golongan ini tertolak bahkan berdosa besar dan hidup dalam kondisi durhaka kepada Allah Taala. - Golongan Ketiga
Orang yang mengerjakan shalat, bahkan tahu ilmu tentang shalat, tetapi tak mampu melawan nafsu terhadap godaan dunia yang kuat. Jadi mereka ini kadang shalat, kadang tidak. Kalau ada waktu dan mood baik; ia shalat, kalau sibuk bekerja atau menjamu tamu, ada hajatan, pesta ria, berziarah, bepergian, letih dan penat, maka ia tak shalat Orang ini jatuh fasik. - Golongan Keempat
Orang yang shalat, kalaupun ilmunya tepat, fasih bacaannya, tapi tak khusyuk kalau diperiksa satu persatu bacaannya, lafaznya banyak yang tak dia mengerti, pikirannya tak terpusat atau tak berfokus sepenuhnya pada shalat yang dilaksanakannya karena tak mengerti apa yang dia baca. Cuma main hafal saja. Jadi pikirannya terus terfokus pada dunia dan alam sekelilingnya. Pikirannya mengembara dalam shalat, orang ini lalai dalam shalat. Neraka Wail bagi orang jenis ini. - Golongan Kelima
Orang yang shalat cukup lima waktu, tepat ilmunya, memahami setiap bacaan shalat, fatihahnya, doa iftitahnya, tahiyyatnya, tapi tak dihayati maksud dalam shalat itu. Pikirannya masih melayang mengingatkan hal dunia, karena faham saja tetapi tidak dihayati. Golongan ini dikategorikan sebagai shalat awamul muslimin. - Golongan Keenam
Golongan ini lebih baik sedikit dari golongan yang ke lima tadi, tapi main tarik tali di dalam shalatnya, sesekali khusyuk, sesekali lalai. Bila teringat sesuatu di dalam shalatnya, teruslah terbawa, berkhayal dan seterusnya. Bila teringat Allah secara tiba-tiba, maka insaf dan sadarlah kembali, mencoba dibawa hatinya serta pikirannya untuk menghayati setiap kalimat dan bacaan di dalam shalatnya. Begitulah sampai selesai shalatnya. Ia merintih dan tak ingin jadi begitu, tapi terjadi juga. Golongan ini adalah golongan yang lemah jiwa. Nafsunya bertahap mulhamah (artinya menyesal akan kelalaiannya dan mencoba perbaiki kembali, tapi masih tak sanggup karena tidak ada kekuatan jiwa). Golongan ini terserah kepada Allah. Yang sadar dan khusyuk itu mudah-mudahan diterima oleh Allah, mana yang lalai itu moga-moga Allah ampunkan dosanya, namun tidak ada pahala nilai sembahyang itu. Artinya shalatnya tidak berdampak apa-apa. Allah belum lagi cinta akan orang jenis ini. - Golongan Ketujuh
Orang yang mengerjakan shalat tepat ilmunya, memahami secara langsung bacaan dan setiap lafaz di dalam shalatnya. Hati dan pikirannya tidak terbawa dengan keadaan sekelilingnya sehingga pekerjaan atau apa pun yang dilakukan atau yang dianggap diluar sembahyang itu tidak mempengaruhi shalatnya. Meskipun ia memiliki harta dunia, menjalankan kewajiban dan tugas keduniaan seperti bisnis dan sebagainya namun tidak mempengaruhi shalatnya. Hatinya masih dapat memuja Allah di dalam shalatnya. Golongan ini disebut orang-orang saleh atau golongan abrar ataupun ashabul yamin. - Golongan Kedelapan
Golongan ini seperti juga kaum tujuh tetapi ia memiliki kelebihan sedikit yaitu bukan saja mengerti, dan tak tergoda dunia di dalam shalatnya, malahan dia dapat menghayati setiap makna bacaan shalatnya itu, pada setiap kalimat bacaan fatihahnya, doa iftitahnya, tahiyyatnya, tasbihnya pada setiap sujudnya dan setiap gerak geriknya dirasakan dan dihayati sepenuhnya. Tak teringat langsung dengan dunia walaupun sedikit. Tapi namun ia masih tersadar dengan alam sekelilingnya. Pemujaan terhadap Allah dapat dirasakan pada gerak dalam shalatnya. Inilah golongan yang dinamakan kaum Mukkarrabin (yang hampir dekat dengan Allah). - Golongan Kesembilan
Golongan ini adalah golongan yang tertinggi dari seluruh golongan tadi. Yaitu bukan saja ibadah shalat itu dijiwai di dalam shalat malahan ia dapat mempengaruhi di luar shalat. Kalau ia bermasalah langsung ia shalat, karena ia yakin shalat menjadi pemecah segala masalah.. Shalat telah menjadi pendingin hatinya. Ini dapat dibuktikan di dalam sejarah, seperti shalat Ali ketika panah terpacak dibetisnya. Untuk mencabutnya, ia lakukan shalat dulu, maka di dalam shalat itulah panah itu dicabut. Mereka telah yakin dengan shalatnya.. Makin banyak shalat semakin terasa lezat, dengan shalatlah cara ia lepaskan kerinduan dengan Tuhannya. Dalam shalatlah ia mengadu kepada Tuhannya. Alam sekelilingnya langsung tidak ia hiraukan. Apa yang terjadi disekelilingnya langsung tak dipedulikannya. Hatinya hanya pada Tuhannya. Golongan inilah yang disebut golongan Siddiqin. Golongan yang benar dan haq.
Setelah kita nilai keseluruhan sembilan tingkat shalat tadi, maka dapatlah kita nilai shalat kita di tingkat yang mana. Maka ibadah shalat yang dapat mengembangkan jiwa, mengembangkan iman, menjauhkan dari yang buruk, dapat mencegah mazmumah (sifat tercela yang dapat membinasakan kita), menanamkan mahmudah (akhlak yang diridhoi Allah) yang melahirkan disiplin hidup, melahirkan akhlak yang agung adalah golongan tujuh, delapan dan sembilan saja. Shalat yang berkualitas, sedangkan golongan yang lain jatuh pada kufur, fasik dan zalim.
Jadi dimanakah tahap shalat kita? Perbaikilah diri kita mulai dari sekarang. Jangan tangguhkan lagi. Pertama-tama pertanyaan yang akan ditujukan kepada kita di akhirat nanti adalah shalat atau shalat kita.
Baca Juga
- Artikel Agama Islam
No comments:
Post a Comment